Kamis, 22 Maret 2012

ASKEP GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mata adalah salah satu organ penting pada manusia dalam sistem pengindraan yang tepatnya pada indra penglihatan. Mata digunakan untuk melihat. Masalah kesehatan yang terjadi pada mata ada banyak diantaranya yang disebabkan karena peradangan, neoplasma, trauma, dan degeneratif.
Beberapa contoh gangguan pada mata yang disebabkan karena infeksi  (peradangan) yaitu blefaritis dan endoftalmitis.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua umur. Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata bisa mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan mencuci muka. Pada beberapa kasus yang disebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic dapat digantikan dengan hanya menjaga kebersihan kelopak mata. Pentinganya membersihkan kelopak mata sebelum tidur, karena proses infeksi terjadi saat sedang tidur.
Selain blefaritis gangguan mata akibat infeksi (peradangan) adalah endoftalmitis. Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata yang biasa disebabkan oleh infeksi. Terdapat 2 tipe endoftalmitis, endogen dan eksogen. Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah. Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15% dari seluruh endoftalmitis.
Salah satu penyebab dari endoftalmitis ini yaitu katarak. Karena orang yang setelah melakukan operasi katarak beresiko terkena penyakit endoftalmitis. Berdasarkan data yang ditemukan, angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hal itu terutama disebabkan ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per tahun. Akibatnya, terjadi backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi.  Berdasarkan data, di seluruh dunia insiden EPB yang dilaporkan 0,04-4 %. Di india EPB bervariasi : 0,07 -0,3%. 
            Maka dari itu perlunya kita untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari penyakit / gangguan pada mata.




1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mahasiswa belum mengetahui:
  1. Pengertian blefaritis dan endoftalmitis?
  2. Etiologi blefaritis dan endoftalmitis?
  3. Patofisiologi blefaritis dan endoftalmitis?
  4. Manifestasi klinis blefaritis dan endoftalmitis?
  5. Pemeriksaan penunjang blefaritis dan endoftalmitis?
  6. Penatalaksanaan blefaritis dan endoftalmitis?

1.3  Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum              
Untuk lebih mengetahui dan memberikan gambaran secara lebih dalam mengenai gangguan pada mata khususnya penyakit blefaritis dan endoftalmitis.
b. Tujuan Khusus
            Tujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:
1.      Pengertian blefaritis dan endoftalmitis.
2.      Etiologi blefaritis dan endoftalmitis.
3.      Patofisiologi blefaritis dan endoftalmitis.
4.      Manifestasi klinis blefaritis dan endoftalmitis.
5.      Pemeriksaan penunjang blefaritis dan endoftalmitis.
6.      Penatalaksanaan blefaritis dan endoftalmitis.
1.4  Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan makalah ini institusi pendidikan berhasil menjadikan mahasiswa lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah wawasan mereka untuk pengetahuannya.
b. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam mempelajari Keperawatan Medikal Bedah III.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Blefaritis
a. Pengertian
            Menurut Brooker Christine (2001) blepharitis adalah inflamasi palpebra. 
            Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra yang umum. Blefaritis sering disertai konjungtifitis atau keratitis (Tamsuri Anas, 2010).
            Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi kelopak mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi. Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan peradangan kelopak mata Terdapat dua macam blefaritis yaitu blefaritis ulseratif dan blefaritis seboreik (Istiqomah, 2004).
Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka dngan disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Sedangkan blefaritis seboreik Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan membersihkan menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. (Danu .2008)
b. Etiologi
            Blefaritis ulseratif disebabakan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau stafilikokus epidermidis (Istiqomah, 2004)
Blefaritis seboreik/skuamosa (non ulseratif) merupakan peradangan tepi kelopak mata terutama mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu mata  dan sering terdapat pada orang yang memiliki kulit berminyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolic atau jamur yang kadang-kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra. (Tamsuri Anas, 2010)
c. Patofisiology
            Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) , stafilokokus (b.ulseratif)  di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic (b.seboreik) pada sekitar kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi kelopak mata. Akibatnya pada blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah kelopak mata, gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi trikiasis menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan pada blefaritis ulseratif terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna kuning kering terasa gatal, destruksi folikel rambut yang menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru, dapat pula menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil yang mudah berdarah (Istiqomah, 2004).
d. Manifestasi Klinis
            Gejala utama adalah adanya iritasi, mata terasa lelah dan nyeri serta rasa terbakar, gatal pada batas tepi kelopak terutama pada pagi hari, dan mata merah. Terdapat banyak sisik (krusta) dan kotoran atau granulasi pada bulu mata (Tamsuri Anas, 2010).
            Pada blefaritis ulseratif bulu mata rontok tidak diganti oleh yang barukarena ada destruksi folikel rambut, terdapat krusta berwarna kuning pada bulu mata, palpebra merah (Istiqomah, 2004).
            Pada blefaritis seboreik sisik dan granulasi mudah dikupas, tanpa disertai perdarahan (Tamsuri Anas, 2010).
e. Pemeriksaan
1.    Uji Endrofonium (pemeriksaan fungsi kelopak) untuk mengetahui adanya miastenia gravis (Ilyas Sidarta, 2008)
2.    Pemeriksaan tajam penglihatan (Maheswari Dayu, 2010)
3.    Palpasi : odema kelopak mata, kejang kelopak mata (Maheswari Dayu, 2010)
f. Penatalaksanaan
1.    Penatalaksanaan Medis
Dilakukan tindakan pemberian steroid topical maupun salep antibiotic seperti sulfacetamide, gentamycin, dan bacitracin (Tamsuri Anas, 2010).
2.    Penatalaksanaan Keperawatan
a.       Pengakajian  keperawatan menurut Tamsuri Anas (2010)
Pemeriksaan khusus mata:
1)   Pembengkakan struktur kelopak mata, lokal ataupun menyebar
2)   Perubahan warna kulit (kemerahan, hiperpigmentasi)
3)   Perubahan struktur pertumbuhan bulu mata (trikiasis, ditrikiasis)
4)   Ektropion, entropion
5)   Jika ada luka: strabismus, diplopia, penurunan visus
6)   Gejala subjektif: nyeri, nyeri tekan, rasa mengganjal, rasa panas pada mata
b.      Diagnosa dan intervensi keperawatan
Dp 1: gangguan rasa nyaman: nyeri yang berhubungan dengan efek inflamasi kelopak mata.
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria hasil:
1)   Klien mampu mengidentifikasi berbagai tindakan untuk mengurangi nyeri
2)   Klien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi
Rasional
Kaji derajat nyeri setiap hari


Kaji factor yang dapat meningkatkan nyeri



Berikan kompres hangat atau aplikasi topical pada daerah mata
Nyeri dapat ditentukan dengan menggunakan skala nyeri 1-10

Nyeri dapat meningkat karena pengaruh infeksi, manipulasi fisik terhadap lokasi mata, perubahan posisi atau reaksi terhadap bahan iritan

Selain menurunkan nyeri, kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan kelenjar
                                                                                                (Tamsuri Anas, 2010).
Dp 2: risiko tinggi infeksi yang b.d pajanan mata terhadap benda tidak steril
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1)   Klien memperlihatkan perilaku penjagaan daerah luka
2)   Tidak terdapat tanda infeksi selama fase perawatan
Intervensi
Rasional
Kaji perilaku sehari-hari yang memungkinkan timbulnya infeksi mata


Ajarkan perilaku yang baik untuk mengurangi risiko infeksi


Anjurkan klien untuk melaporkan sesegera mungkin apabila mengenali tanda infeksi
Berbagai tindakan mungkin tidak disadari oleh klien sebagai hal yang dapat menyebabkan infeksi, seperti menggosok atau memegang mata.

Meningkatkan pemahaman klien akan pentingnya perilaku pencegahan infeksi

Meningkatkan rasa percaya dan kerjasama perawat-klien
                                                                                                (Tamsuri Anas, 2010).


Dp 3: ansietas yang b.d perjalanan penyakit
Tujuan: klien tidak cemas lagi dan dapat beradaptasi terhadap penyakitnya
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat ansietas, pengalaman dan pengetahuan klien tentang kondisi saat ini



Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beritahu bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah gangguan penglihatan tambahan
Ansietas, pengalaman dan pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap penyakit, penerimaan klien dan upaya klien untuk mengontrol penyakit

Mengurangi ansietas dan memberikan dasar fakta untuk menerima informasi tentang pengobatan.
(Istiqomah, 2004).
             
2.2    Endoftalmitis
a.        Pengertian
Endoftalmitis adalah inflamasi dalam bola mata, yang disertai abses pada badan kaca.kejadian endoftalmitis merupakan kasus yang sangat jarang, namun mungkin terjadi pada klien terutama setelah menjalani operasi atau pascatrauma dengan benda asing intraocular atau pada pengguna prosthesis mata (Tamsuri Anas, 2010).
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca (Ilyas Sidarta, 2008).
b.        Etiologi
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen) (Ilyas Sidarta, 2008).
Endoftalmitis dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri (stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas, dan basil sublitis), jamur (aktinomises, aspergilus, fitomikosis sportrikum, dan kokidioides), ataupun parasit dari focus infeksi di dalam tubuh (Ilyas Sidarta, 2008).
c.         Patofisiology
Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca. (Vhiera. 2011)
Bila sudah terlihat hipopopion keadaan sudah lanjut sehingga prognosis lebih buruk. Karena itu diagnosis dini dan cepat harus dibuat untuk mencegah berakhirnya dengan kebutaan pada mata. Emdoftalmitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau beberapa minggu sesudah trauma atau perbedaan. Demikian pula infeksi jamur dapat tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu. Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. (Ilyas Sidarta, 2008).
d.        Manifestasi Klinis
Menurut  Tamsuri Anas (2010) tanda dan gejalanya ialah:
1.      Penurunan visus (dapat menurun hingga < 3/60)
2.      Hipopion
3.      Nyeri
4.      Hyperemia konjungtitiva
5.      Edema palpebra
6.      Edema kornea
e.         Pemeriksaan Penunjang
Menurut Haryadie (2012) pemeriksaan yang dilakukan diantaranya:
  1. Laboratorium
·       Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
·       Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksi

  1. Studi Imaging
·       B-scan (USG): tentukan apakah  ada keterlibatan  peradangan vitreous. Hal ini juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting dalam pengelolaan dan prognosis.
·       Chest x-ray – Mengevaluasi untuk sumber infeksi
·       USG Jantung – Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
  1. Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)
·       Periksa visus
·       Slit lamp
·       Tekanan intraokular
·       Melebar funduscopy
·       Ultrasonografi
f.         Penatalaksanaan
1.                Penatalaksanaan Medis
Pemberian antibiotic topical dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3 gram/hari. Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Untuk penyebab jamur diberikan amforersin B150 mikro gram sub-konjungtiva (Ilyas Sidarta, 2008).




2.                Penatalaksanaan keperawatan
a.    Pengkajian menurut Tamsuri Anas (2010):
1)                  Pemeriksaan Fisik Umum
§  Periksa kemungkinan gangguan diabetes mellitus, riwayat operasai, riwayat trauma orbita atau benda asing serta kontak dengan penderita.
§  Pemeriksaan suhu tubuh untuk menentukan kejadian demam sebagai tanda infeksi.
2)                  Pemeriksaan Khusus Mata
§  Kekaburan penglihatan
§  Nyeri
§  Kemerahan pada kornea
§  Hipopion
§  Edema kornea
b.    Diagnosis dan intervensi keperawatan
1)        Gangguan rasa nyaman: nyeri yang berhubungan dengan efek inflamasi orbita.
Subjektif:
a)        Menyatakan nyeri
b)        Menyatakan nyeri bertambah bila ditekan, menunduk
c)        Menyatakan sukar tidur, tidak nyaman.

Objektif:
a)   Sering memegang mata
b)   Ekspresi wajah meringis saat dilakukan manipulasi.
Tujuan:
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
a)   Klien mampu mengiden tifikasikan berbegai tindakan untuk mengurangi nyeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar