Jumat, 23 Maret 2012

konsep manajemen keperawatan dan metode asuhan keperawatan penugasan kasus.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. (Nursalam, 2007)
Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi.tujuan ditetapkan berdasarkan misi,filosofi dan tujuan organisasi.proses manajemen meliputi kegiatan mencapai tujuan organisasi melalui perencanaan organisasi,pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia,fisik,dan teknologi.semua perawat yang terlibat dalam manajemen keperawatan dianggap perlu memahami misi,Filosofi dan tujuan pelayanan keperawatan serta kerangka konsep kerjanya. (Anonim, 2011)
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional untuk merencanakan, mengatur dan menggerakkan karyawan dalam memberikan pelayanan keperawatan sebaik-baiknya pada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperwatan sebaik-baiknya kepada pasien, diperluikan suatu standar yang akan digunakan baik sebagai target maupun alat pengontrol pelayanan tersebut.(Anonim, 2011)

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana konsep manajemen keperawatan dan metode asuhan keperawatan penugasan kasus.

1.3  Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum              
Untuk bagaimana konsep manajemen keperawatan dan metode asuhan keperawatan penugasan kasus.
b. Tujuan Khusus
            Tujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:
1.      Pengertian manajemen keperawatan
2.      Sejarah singkat manajemen
3.      Manajemen sebagai suatu proses
4.      Pengertian manajemen keperawatan
5.      Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan
6.      Kerangka dan konsep filosofi manajemen keperawatan
7.      Lingkup manajemen keperawatan
8.      Proses manajemen keperawatan
9.      Struktur Organisasi Keperawatan Metode Penugasan Kasus

1.4  Manfaat Penulisan
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan makalah ini institusi pendidikan berhasil menjadikan mahasiswa lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah wawasan mereka untuk pengetahuannya.
b. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam mempelajari Manajemen Keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen
            Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai hasil kegiatan yang maksimal. (Suyanto, 2008: 2)
            Menurut Harsey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2008: 2), pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain.
            Sedangkan menurut Taylor (1911) dalam Suyanto (2008: 2), manajemen adalah di ibaratkan sebagai sebuah mesin produksi yang bekerja secara efisien dan cepat  menghasilkan produk maksimal yang memerlukan motivasi dan kerja sama.   
2.2 Sejarah Singkat Manajemen
            Manajemen sebagai sebuah ilmu, berkembang dari berbagai ilmu yang melatar belakanginya seperti ilmu psikologi dan sebagainya. Berbagai ilmu tersebut saling berinteraksi dan menghasilkan dasar – dasar manajemen yang berkembang hingga saat ini termasuk cabang – cabang keilmuan seperti: Manajemen keperawatan, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen resiko, manajemen industri dan sebagainya. Manajemen juga mempelajari bagaimana meningkatkan hasil kerja dengan memperhatikan faktor motivasi dan kepuasan. Hal ini dipelajari oleh Mc Gregon (1960) dalam Suyanto (2008: 3),  yang menyatakan bahwa kepuasan dan motivasi kerja seseorang sangatberpengaruh terhadap hasil kerja yang dicapai. Jika harga diri, otonomi dan kebutuhan staf terpenuhi maka akan tercapai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi sehingga produktifitas akan meningkat.
2.3 Manajemen Sebagai Suatu Proses
            Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan.
            Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu:
a.       Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.
b.      Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c.       Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
d.      Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
2.4 Pengertian Manajemen Keperawatan
            Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobqtan, dan rasa aman kepada pasien / keluarga / masyarakat. (Suyanto, 2008: 5)
            Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Suyanto, 2008: 5)
            Proses manajemen keperawatan dilakukan dengan pendekatan sistem terbuka, dimana masing – masing komponen saling berhubungan, berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan terdiri dari lima elemen. Elemen manajemen keperawatan, dalam sistem terbuka, terdiri dari:

a.       Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
b.      Proses
Proses adalah kelompok manajer / dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
c.       Output
Dari proses manajemen keperawatan adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
d.      Kontrol dan
Dalam proses manajemen keperawatan termasuk antara lain budget keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan akreditasi.
e.       Umpan balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan hasil audit keperawatan.

2.5 Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan
            Menurut Suyanto (2008) Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan yaitu:
a.       Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi perencanaan pimpinan dapat menurunkan resiko kesalahan, memudahkan pemecahan masalah.
b.      Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang telah ditentukan.
c.       Manajemen keperawatan melibatkan para pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi saat mengelola kegiatan keperawatan memerlukan keterlibatan pengambil keputusan diberbagai tingkatan manajerial.
d.      Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e.       Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
f.       Devisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk memperlihatkan penampilan kerja yang terbaik.
g.      Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
h.      Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan perawat.
i.        Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi: penilaian pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan standar dan membandingkannya dengan penampilan serta memperbaiki kekurangan yang terjadi.
2.6 Kerangka Konsep dan Filosofi
               Manajemen keperawatan dalam memberikan arah kepada pencapaian tujuan serta menghadapi masalah – masalah manajerial dimasa mendatang perlu untuk merumuskan kerangka konsep, keyakinan dasar, filisofi dan tujuan manajemen keperawatan.
a.       Kerangka konsep
Kerangka konsep manajemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Kerangaka konsep manajemen keperawatan ini perlu dipahami sehingga para manajer keperawatan akan dapat menatalaksanakan pekerjaannya guna menunjang praktik keperawatan. Adapun kerangka konsep manajemen keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya dan akan memberikan upaya yang selayaknya dia diberikan.
2.    Jika diberikan informasi yang bermanfaat dan layak, individu akan membuat keputusan terbaik.
3.    Tujuan kelompok akan lebih mudah dicapai kelompok.
4.    Setiap individu memiliki karakteristik latar belakang motivasi, minat dan cara untuk mencapai tujuan.
5.    Fungsi koordinasi dan pengendalian amat pening dalam pencapaian tujuan.
6.    Persamaan kualifikasi harus dipertimbangkan dalam pembagian kewenangan dan tanggung jawab.
7.    Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk membagi dan mendelegasikan kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi.
8.    Pengetahuan dan ketrampilan amat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang profesional.
9.    Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan dan merupakan tanggung jawab bersama untuk secara teru menerus. (Suyanto, 2008)
  1. Filosofi manajemen keperawatan
            Manajemen keperawatan memiliki filosofi sebagai berikut:
1.    Mengerjakan hari ini lebih baik dari pada hari esok.
2.    Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama pimpinan keperawatan.
3.    Meningkatkan mutu kinerja perawat.
4.    Perawat memerlukan pendidikan berkelanjutan.
5.    Proses keperawatan menjamin perubahan tingkat kesehatan hingga mencapai keadaan fungsi optimal.
6.    Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
7.    Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu.
8.    Perawat adalah advokat pasien.
9.    Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga. (Suyanto, 2008)
  1. Misi
Menurut Nursalam (2007) misi manajemen keperawatan adalah:
1.         Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit.
2.         Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan/non keperawatan
3.         mengajarkan, mengarahkan, dan membantu dalam kegiatan profesional keperawatan
4.         turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit/tempat kerja.
               Inti konsep dasar manajemen saat ini dan yang akan datang, adalah keseimbangan antara visi, misi dan motifasi yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. Proses keperawatan yaitu pengakuan masyarakat  atau profesi lain tentang ekstisensi profesi keperawatan, partisifasi profesi keperawatan dalam pembangunan kesehatan, dan citra profesi keperawatan.
               Penjabaran visi dan misi dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit, menurut Gillies (1989) dalam Nursalam (2002) di kutip dari filosofi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Pedleton Memorial, New Orleans, Lousiana USA adalah sebagai berikut:
1.    Mengaplikasikan kerangka konsep dan acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
2.    Mengevaluasi asuhan keperawatan yang di berikan
3.    Menerapkan srtategi dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang efisien kepada semua konsemen
4.    Meningkatkan hubungan yang baik dengan semua tim kesehatan menilai kualitas pelayanan yang di berikan berdasarkan standar kriteria yang ada
5.    Mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam menilai dan memberikan intervensi keperawatan kepada pasien
6.    Meningkatkan pendidikan berkelanjutan (formal maupun nonformal) bagi perawat dalam usaha meningkatkan kinerjanya
7.    Berpartisipasi secara aktif dalam upaya perubahan model asuhan keperawatan dan peningkatkan kualitas pelayanan.
8.    Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan.
9.    Memberikan penghargaan kepada staf yang dianggap berprestasi.
10.     Konsisten untuk selalu meningkatkan ptoduksi atau pelayanan yang terbaik.
11.     Meningkatkan pandangan masyarakat yang positif tentang profesi keperawatan.
2.7 Lingkup Manajemen Keperawatan
      Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
a.       Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b.      Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.
c.       Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat .
d.      Menerima akontabilitas hasil kegiatan keperawatan.
Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari:
a.     Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1.      Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
2.      Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)
3.      Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
b.    Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. (Suyanto, 2008)
2.8 Proses manajemen keperawatan
      Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu:
      a. Pengkajian- pengumpulan data
          Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah saki atau puskesmas):’’ tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
b.Perencanaan
Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan
Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d.       Evaluasi
Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor – faktor yang menghambat dan mendukung dalam  pelaksanaan.
2.9 Struktur Organisasi Keperawatan Metode Penugasan Kasus
Menurut Nursalam dalam  metode penugasan kasus:
  1. Perawat mampu memberi askep seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien pemberian asuhan keperawatan harus baik dan pasien puas
  2. Membutuhkan kwalitas profesional pada perawat dan perlu banyak tenaga perawat.
  3. Cocok untuk ruang rawat khusus  misalnya di  ICCU
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care. (Rakhmawati Windy, 2010)

Kamis, 22 Maret 2012

ASKEP GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mata adalah salah satu organ penting pada manusia dalam sistem pengindraan yang tepatnya pada indra penglihatan. Mata digunakan untuk melihat. Masalah kesehatan yang terjadi pada mata ada banyak diantaranya yang disebabkan karena peradangan, neoplasma, trauma, dan degeneratif.
Beberapa contoh gangguan pada mata yang disebabkan karena infeksi  (peradangan) yaitu blefaritis dan endoftalmitis.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua umur. Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata bisa mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan mencuci muka. Pada beberapa kasus yang disebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic dapat digantikan dengan hanya menjaga kebersihan kelopak mata. Pentinganya membersihkan kelopak mata sebelum tidur, karena proses infeksi terjadi saat sedang tidur.
Selain blefaritis gangguan mata akibat infeksi (peradangan) adalah endoftalmitis. Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata yang biasa disebabkan oleh infeksi. Terdapat 2 tipe endoftalmitis, endogen dan eksogen. Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah. Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15% dari seluruh endoftalmitis.
Salah satu penyebab dari endoftalmitis ini yaitu katarak. Karena orang yang setelah melakukan operasi katarak beresiko terkena penyakit endoftalmitis. Berdasarkan data yang ditemukan, angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hal itu terutama disebabkan ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per tahun. Akibatnya, terjadi backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi.  Berdasarkan data, di seluruh dunia insiden EPB yang dilaporkan 0,04-4 %. Di india EPB bervariasi : 0,07 -0,3%. 
            Maka dari itu perlunya kita untuk menjaga kesehatan mata agar terhindar dari penyakit / gangguan pada mata.




1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mahasiswa belum mengetahui:
  1. Pengertian blefaritis dan endoftalmitis?
  2. Etiologi blefaritis dan endoftalmitis?
  3. Patofisiologi blefaritis dan endoftalmitis?
  4. Manifestasi klinis blefaritis dan endoftalmitis?
  5. Pemeriksaan penunjang blefaritis dan endoftalmitis?
  6. Penatalaksanaan blefaritis dan endoftalmitis?

1.3  Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum              
Untuk lebih mengetahui dan memberikan gambaran secara lebih dalam mengenai gangguan pada mata khususnya penyakit blefaritis dan endoftalmitis.
b. Tujuan Khusus
            Tujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:
1.      Pengertian blefaritis dan endoftalmitis.
2.      Etiologi blefaritis dan endoftalmitis.
3.      Patofisiologi blefaritis dan endoftalmitis.
4.      Manifestasi klinis blefaritis dan endoftalmitis.
5.      Pemeriksaan penunjang blefaritis dan endoftalmitis.
6.      Penatalaksanaan blefaritis dan endoftalmitis.
1.4  Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan makalah ini institusi pendidikan berhasil menjadikan mahasiswa lebih mandiri dalam membuat suatu karya tulis dan menambah wawasan mereka untuk pengetahuannya.
b. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta dapat memandirikan mahasiswa dalam mempelajari Keperawatan Medikal Bedah III.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Blefaritis
a. Pengertian
            Menurut Brooker Christine (2001) blepharitis adalah inflamasi palpebra. 
            Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra yang umum. Blefaritis sering disertai konjungtifitis atau keratitis (Tamsuri Anas, 2010).
            Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi kelopak mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi. Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan peradangan kelopak mata Terdapat dua macam blefaritis yaitu blefaritis ulseratif dan blefaritis seboreik (Istiqomah, 2004).
Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka dngan disertai pendarahan. Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Sedangkan blefaritis seboreik Merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan membersihkan menggunakan kapas lidi hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. (Danu .2008)
b. Etiologi
            Blefaritis ulseratif disebabakan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau stafilikokus epidermidis (Istiqomah, 2004)
Blefaritis seboreik/skuamosa (non ulseratif) merupakan peradangan tepi kelopak mata terutama mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu mata  dan sering terdapat pada orang yang memiliki kulit berminyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolic atau jamur yang kadang-kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra. (Tamsuri Anas, 2010)
c. Patofisiology
            Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) , stafilokokus (b.ulseratif)  di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic (b.seboreik) pada sekitar kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi kelopak mata. Akibatnya pada blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah kelopak mata, gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi trikiasis menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan pada blefaritis ulseratif terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna kuning kering terasa gatal, destruksi folikel rambut yang menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru, dapat pula menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil yang mudah berdarah (Istiqomah, 2004).
d. Manifestasi Klinis
            Gejala utama adalah adanya iritasi, mata terasa lelah dan nyeri serta rasa terbakar, gatal pada batas tepi kelopak terutama pada pagi hari, dan mata merah. Terdapat banyak sisik (krusta) dan kotoran atau granulasi pada bulu mata (Tamsuri Anas, 2010).
            Pada blefaritis ulseratif bulu mata rontok tidak diganti oleh yang barukarena ada destruksi folikel rambut, terdapat krusta berwarna kuning pada bulu mata, palpebra merah (Istiqomah, 2004).
            Pada blefaritis seboreik sisik dan granulasi mudah dikupas, tanpa disertai perdarahan (Tamsuri Anas, 2010).
e. Pemeriksaan
1.    Uji Endrofonium (pemeriksaan fungsi kelopak) untuk mengetahui adanya miastenia gravis (Ilyas Sidarta, 2008)
2.    Pemeriksaan tajam penglihatan (Maheswari Dayu, 2010)
3.    Palpasi : odema kelopak mata, kejang kelopak mata (Maheswari Dayu, 2010)
f. Penatalaksanaan
1.    Penatalaksanaan Medis
Dilakukan tindakan pemberian steroid topical maupun salep antibiotic seperti sulfacetamide, gentamycin, dan bacitracin (Tamsuri Anas, 2010).
2.    Penatalaksanaan Keperawatan
a.       Pengakajian  keperawatan menurut Tamsuri Anas (2010)
Pemeriksaan khusus mata:
1)   Pembengkakan struktur kelopak mata, lokal ataupun menyebar
2)   Perubahan warna kulit (kemerahan, hiperpigmentasi)
3)   Perubahan struktur pertumbuhan bulu mata (trikiasis, ditrikiasis)
4)   Ektropion, entropion
5)   Jika ada luka: strabismus, diplopia, penurunan visus
6)   Gejala subjektif: nyeri, nyeri tekan, rasa mengganjal, rasa panas pada mata
b.      Diagnosa dan intervensi keperawatan
Dp 1: gangguan rasa nyaman: nyeri yang berhubungan dengan efek inflamasi kelopak mata.
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria hasil:
1)   Klien mampu mengidentifikasi berbagai tindakan untuk mengurangi nyeri
2)   Klien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi
Rasional
Kaji derajat nyeri setiap hari


Kaji factor yang dapat meningkatkan nyeri



Berikan kompres hangat atau aplikasi topical pada daerah mata
Nyeri dapat ditentukan dengan menggunakan skala nyeri 1-10

Nyeri dapat meningkat karena pengaruh infeksi, manipulasi fisik terhadap lokasi mata, perubahan posisi atau reaksi terhadap bahan iritan

Selain menurunkan nyeri, kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan kelenjar
                                                                                                (Tamsuri Anas, 2010).
Dp 2: risiko tinggi infeksi yang b.d pajanan mata terhadap benda tidak steril
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1)   Klien memperlihatkan perilaku penjagaan daerah luka
2)   Tidak terdapat tanda infeksi selama fase perawatan
Intervensi
Rasional
Kaji perilaku sehari-hari yang memungkinkan timbulnya infeksi mata


Ajarkan perilaku yang baik untuk mengurangi risiko infeksi


Anjurkan klien untuk melaporkan sesegera mungkin apabila mengenali tanda infeksi
Berbagai tindakan mungkin tidak disadari oleh klien sebagai hal yang dapat menyebabkan infeksi, seperti menggosok atau memegang mata.

Meningkatkan pemahaman klien akan pentingnya perilaku pencegahan infeksi

Meningkatkan rasa percaya dan kerjasama perawat-klien
                                                                                                (Tamsuri Anas, 2010).


Dp 3: ansietas yang b.d perjalanan penyakit
Tujuan: klien tidak cemas lagi dan dapat beradaptasi terhadap penyakitnya
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat ansietas, pengalaman dan pengetahuan klien tentang kondisi saat ini



Berikan informasi yang akurat dan jujur tentang penyakitnya dan beritahu bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah gangguan penglihatan tambahan
Ansietas, pengalaman dan pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap penyakit, penerimaan klien dan upaya klien untuk mengontrol penyakit

Mengurangi ansietas dan memberikan dasar fakta untuk menerima informasi tentang pengobatan.
(Istiqomah, 2004).
             
2.2    Endoftalmitis
a.        Pengertian
Endoftalmitis adalah inflamasi dalam bola mata, yang disertai abses pada badan kaca.kejadian endoftalmitis merupakan kasus yang sangat jarang, namun mungkin terjadi pada klien terutama setelah menjalani operasi atau pascatrauma dengan benda asing intraocular atau pada pengguna prosthesis mata (Tamsuri Anas, 2010).
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca (Ilyas Sidarta, 2008).
b.        Etiologi
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen) (Ilyas Sidarta, 2008).
Endoftalmitis dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri (stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas, dan basil sublitis), jamur (aktinomises, aspergilus, fitomikosis sportrikum, dan kokidioides), ataupun parasit dari focus infeksi di dalam tubuh (Ilyas Sidarta, 2008).
c.         Patofisiology
Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca. (Vhiera. 2011)
Bila sudah terlihat hipopopion keadaan sudah lanjut sehingga prognosis lebih buruk. Karena itu diagnosis dini dan cepat harus dibuat untuk mencegah berakhirnya dengan kebutaan pada mata. Emdoftalmitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau beberapa minggu sesudah trauma atau perbedaan. Demikian pula infeksi jamur dapat tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu. Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. (Ilyas Sidarta, 2008).
d.        Manifestasi Klinis
Menurut  Tamsuri Anas (2010) tanda dan gejalanya ialah:
1.      Penurunan visus (dapat menurun hingga < 3/60)
2.      Hipopion
3.      Nyeri
4.      Hyperemia konjungtitiva
5.      Edema palpebra
6.      Edema kornea
e.         Pemeriksaan Penunjang
Menurut Haryadie (2012) pemeriksaan yang dilakukan diantaranya:
  1. Laboratorium
·       Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
·       Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksi

  1. Studi Imaging
·       B-scan (USG): tentukan apakah  ada keterlibatan  peradangan vitreous. Hal ini juga penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting dalam pengelolaan dan prognosis.
·       Chest x-ray – Mengevaluasi untuk sumber infeksi
·       USG Jantung – Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
  1. Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)
·       Periksa visus
·       Slit lamp
·       Tekanan intraokular
·       Melebar funduscopy
·       Ultrasonografi
f.         Penatalaksanaan
1.                Penatalaksanaan Medis
Pemberian antibiotic topical dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3 gram/hari. Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata. Untuk penyebab jamur diberikan amforersin B150 mikro gram sub-konjungtiva (Ilyas Sidarta, 2008).




2.                Penatalaksanaan keperawatan
a.    Pengkajian menurut Tamsuri Anas (2010):
1)                  Pemeriksaan Fisik Umum
§  Periksa kemungkinan gangguan diabetes mellitus, riwayat operasai, riwayat trauma orbita atau benda asing serta kontak dengan penderita.
§  Pemeriksaan suhu tubuh untuk menentukan kejadian demam sebagai tanda infeksi.
2)                  Pemeriksaan Khusus Mata
§  Kekaburan penglihatan
§  Nyeri
§  Kemerahan pada kornea
§  Hipopion
§  Edema kornea
b.    Diagnosis dan intervensi keperawatan
1)        Gangguan rasa nyaman: nyeri yang berhubungan dengan efek inflamasi orbita.
Subjektif:
a)        Menyatakan nyeri
b)        Menyatakan nyeri bertambah bila ditekan, menunduk
c)        Menyatakan sukar tidur, tidak nyaman.

Objektif:
a)   Sering memegang mata
b)   Ekspresi wajah meringis saat dilakukan manipulasi.
Tujuan:
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil:
a)   Klien mampu mengiden tifikasikan berbegai tindakan untuk mengurangi nyeri.